Syekh Abu Qotadah Al Filasthiny dalam bukunya Thaifah Manshurah, yang kemudian diterjemahkan oleh Ustadz Abu Usamah, menjadi Rambu-Rambu Ath-Tahifah Al Manshurah Di Negeri Kaum Mukminin Di Syam, menjelaskan bahwa, pada masa sekarang ini kaum Muslimin hidup dalam keadaan hina dan nestapa, mereka kehilangan rambu-rambu petunjuk dan kebenaran, dan telah terputus tali Allah yang menghimpun mereka di atasnya, yaitu tali berkuasa dan menjadi pemimpin di muka bumi, maka mereka minder dan merasa kerdil di hadapan diri sendiri dan di hadapan musuh-musuh mereka, dan yang batil merajalela dan arogan di negeri-negeri mereka sehingga arus kemurtadan lebih kuat dan lebih dominan, dan menjadi kokohlah tali ikatan kejahatan antara orang-orang murtad dalaman (dalam negeri), dan orang-orang kafir tulen luaran (luar negeri). Sementara kaum Muslimin sibuk dengan permainan dan sesuatu yang sia-sia, jama’ah-jama’ah, dan kelompok-kelompok Islam saling menyeru kepada pikiran dan pendapat serta ijtihad tokoh-tokohnya yang jauh dari petunjuk dan cahaya dari kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW., maka menjadi semakin asing orang-orang yang berpegang teguh kepada petunjuk ini dan semakin bertambah rindu jiwa-jiwa mereka kepada janji Allah yang akan tiba, menang atau syahid.
Pada waktu yang seperti ini, dimana yang haq menjadi asing, agama dan petunjuk-petunjuknya menjadi asing, para pembela kebenaran terasing dan ditimpa berbagai macam ujian dan cobaan, dalam keadaan seperti inilah, Syekh Abu Qotadah Al Filasthiny, mempersembahkan karya beliau, Rambu-Rambu Ath-Thaifah Al-Manshurah, dengan harapan mudah-mudahan kaum Muslimin dapat melihat yang haq dari celah-celahnya dan menunjukkan kaum Muslimin kepada jalan yang lurus.
Syekh mengatakan, bahwa kami ini hanyalah satu mata rantai dari beberapa mata rantai dari kelompok ini (thoifatul haq wal jihad = kelompok yang haq dan berjihad). Dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya kami akan menjalankan itu dan berpegang teguh dengannya selama hayat masih di kandung badan, selama kami masih bernafas dan tubuh kami mengeluarkan keringat, dan tujuan dan maksud kami semata-mata untuk beribadah kepada Allah, kemudian mengalahkan dan menewaskan musuh-musuh millah dan agama. Sebagaimana firman-Nya :
“Dan tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal sholeh.” (QS At-Taubah : 120).
Berita Gembira Dan Janji Baik
Sebelum Muqadimmah kitabnya tersebut, Syekh Abu Qotadah Al Filasthiny, mengutipkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan lainnya, tentang berita gembira dan janji baik dari Allah dan Rasul-Nya.
Dari Salamah bin Nufail Al Kindi, r.a. berkata : “Adalah aku duduk bersama Rasulullah SAW., maka ada seorang laki-laki berkata : ‘Wahai Rasulullah, manusia telah membiarkan kuda, mereka telah meletakkan senjata, dan mereka berkata : Tidak ada jihad, peperangan telah usai, maka Rasulullah SAW., menghadapinya seraya berkata : “Mereka telah dusta, sekarang telah tiba masa perang, dan akan senantiasa ada dari ummatku ummat yang berperang membela kebenaran, dan Allah memalingkan (menyesatkan) hati para kaum, dan memberi rezeki kepada mereka (mujahidin) dari mereka (orang-orang kafir) hingga datang hari kiamat, dan hingga datang janji Allah, dan kuda itu telah terikat pada ubun-ubunnya ada kebaikan sampai hari kiamat, dan Dia mewahyukan kepadaku bahwasanya aku akan diwafatkan tidak lama lagi, dan kamu akan menyusulku kelompok demi kelompok, sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain, dan negeri kaum Mukminin di Syam.”
Wallahu’alam bis showab!
Al Mustaqbal
Posting Komentar