JAKARTA – Menurut Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Agus Surya Bakti meminta Pemerintah dan Kepolisian RI segera menutup laman scribd.com yang memuat panduan pelaksanaan perang gerilya perkotaan. Menurutnya, panduan setebal 112 halaman ini bisa diunduh dengan mudah oleh siapa saja dan dikhawatirkan bisa melahirkan benih-benih baru terorisme di tanah air.
“Panduan itu mengkhawatirkan, karena bisa menginspirasi masyarakat. Seharusnya Pemerintah segera menutup akses (laman) tersebut,” kata Agus SB Rabu kemarin (18/09/2013). Seperti dilansir vivanews.
Sementara itu, laman yang bisa dibaca secara cuma-cuma di scribd.com hanya pengantarnya, sedangkan untuk panduan teknis gerilya harus diunduh dengan membayar. Sekilas dengan membaca pengantarnya, panduan ini amat berbahaya bagi mereka yang mempunyai bibit ekstrem.
BNPT mengkhawatirkan panduan tersebut, karena pembukaan dari panduan tersebut dinilai provokatif “Hari ini kita dijajah oleh kekuatan militer kafir. Mereka menguasai kota-kota besar dan gedung-gedung pemerintahan. Mereka mengangkat penguasa boneka atas nama sang penjajah. Umat Islam pun menjadi buruan penguasa, dan sebagian besar dari mereka ditahan,” demikian paragraf pertama pengantar panduan itu.
Menurut Agus, Pemerintah masih lamban dalam menangani permasalahan terorisme, apalagi propaganda yang mereka sebar melalui internet. “Itulah kelemahan kita (Pemerintah), begitu tahu baru ditangani,” katanya.
Dari perkataan Deputi I BNPT ini dapat disimpulkan bahwa penembakan para polisi di jalanan yang akhir-akhir ini sering terjadi selalu menyudutkan isu terorisme, ‘teroris’ disini maksudnya adalah orang yang ingin menegakkan Syariat Islam dengan jalan Jihad dan Perang.
Padahal jika kita mau kupas, musuh polisi itu banyak dari kalangan mafia narkoba, premanisme, dan lain-lain. Mengapa dalam hal ini justru mengarah pada terorisme, apakah Densus 88 dan BNPT belum dapat kerjaan akhir-akhir ini hingga kematian polisi ditujukan kepada isu terorisme?
Panduan perang gerilya kota yang menjadi alasan mereka menyudutkan ‘teroris’ dari kalangan umat Islam. Padahal belum tentu yang membunuh polisi tersebut adalah umat islam. Namun, lagi-lagi ini adalah penggiringan opini publik hingga umat islam yang bersalah dan menjadi ‘kambing hitam’.
Jika kita amati pada acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang diselenggarakn pada selasa 17 september 2013, jelas diacara tersebut, opini penembakan polisi digiring ke isu terorisme dalam hal ini menyudutkan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Padahal sampai hari ini belum tertangkap yang membunuh polisi itu, apakah Mujahidin ataukah Mafia? Sehingga nama Mujahidin menjadi sasaran ‘kambing hitam’ hingga jelek namanya dikalangan pemirsa.
Pada akhirnya, nama-nama Jama’ah dan organisasi penegak Syariat Islam yang menjadi babak belur dihajar opini peserta ILC itu. Mereka mencoba membunuh karakter Mujahidin dengan persangkaan-persangkaan mereka yang basi. Hal ini dilakukan agar masyarakat alergi dengan mereka para Mujahidin yang berjuang demi tegaknya Syariat Islam.
Source : Diolah dari vivanews