Allah ta’ala menghalalkan pakaian sebagai penutup aurat, juga sebagai perhiasan. Akan tetapi penghalalan tersebut mempunyai batasan-batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Berlebihan dalam memanjangkan pakaian bagi laki-laki tidak dibenarkan di dalam Islam.
Maka kita sebagai orang yang mengaku muslim tidak selayaknya sengaja mengulurkan lengan baju atau pakaian bawah kita dari batas yang telah ditentukan. Unsur kesengajaan inilah yang dilarang, baik disertai kesombongan (kebanggaan akan mode) ataupun tidak, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.
Tetapi tentunya tidak sama antara dosa isbal (memanjangkan) yang disertai kesombongan (khuyalaa) dengan yang tidak disertai kesombongan. Namun orang yang memakainya dalam rangka mengikuti mode/trend sudah pasti mengandung unsur kesombongan, baik dia akui atau pun tidak. Inilah sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menegaskan masalah isbal, hendaknya setiap muslim mengamalkannya :
1. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﻦ ﺟﺮ ﺇﺯﺍﺭﻩ ﺑﻄﺮﺍ
[ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ]
“Allah tidak melihat (dengan disertai rahmat) di hari kiamat kepada orang-orang yang menyeret kain sarungnya dengan sombong. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
2. Sabdanya shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ﻣﻦ ﺟﺮ ﺛﻮﺑﻪ ﺧﻴﻼﺀ ﻟﻢ ﻳﻨﻈﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
[ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﻴﺬﻱ ﻭﻫﻮ ﺻﺤﻴﺢ ]
“Barang siapa menyeret (mengulurkan) pakaian dengan kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya (memperhatikannya) di hari kiamat. (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Ungkapan ﺛﻮﺏ (pakaian) mencakup semua jenisnya, baik kemeja, sarung, celana panjang, atau jenis lainnya. (Subulus Salam 4:159)
3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺍﻹﺳﺒﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻹﺯﺍﺭ ﻭﺍﻟﻘﻤﻴﺺ ﻭﺍﻟﻌﻤﺎﻣﺔ . ﻣﻦ ﺟﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﺷﻴﺌﺎ ﺧﻴﻼﺀ ﻟﻢ ﻳﻨﻈﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
“Isbal itu ada pada sarung, gamis, dan sorban. Barangsiapa menyeret sebagian darinya dengan sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat. (Shahih riwayat Abu Dawud dan An Nasa’i)
Ketiga hadits di ata memakai taqyid (batasan) : dengan kesombongan, akan tetapi ada juga larangan isbal meskipun tidak disertai kesombongan, bahkan isbal itu sendiri sebenarnya sudah mengandung unsur kesombongan (kebanggaan), baik dia bermaksud sombong atau tidak, apalagi kalau sudah mengikuti mode (trend). Baik kita simak hadits-hadits berikut ini :
4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺛﻼﺛﺔ ﻻ ﻳﻜﻠﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﻳﺰﻛﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﻢ ﻋﺬﺍﺏ ﺃﻟﻴﻢ .ﻗﺎﻝ: ﻓﻘﺮﺃﻫﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺛﻼﺙ ﻣﺮﺍﺕ.ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺫﺭ : ﺧﺎﺑﻮﺍ ﻭﺧﺴﺮﻭﺍ,ﻣﻦ ﻫﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ : ﺍﻟﻤﺴﺒﻞ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻥ ﻭﺍﻟﻤﻨﻔﻖ ﺳﻠﻌﺘﻪ ﺑﺎﻟﺤﻠﻒ ﺍﻟﻜﺎﺫﺏ.
{ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ }
“Tiga kelompok orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat, dan tidak akan dilihat oleh-Nya, juga tidak akan dibersihkan dan bagi mereka adzab yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang perkataan itu tiga kali”. Abu Dzar berkata,”Sungguh rugi dan celaka mereka itu ! Siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ?” Rasulullah bersabda,”(1) Al Musbil (orang yang memanjangkan pakaiannya sampai menutupi mata kaki), (2) Al Mannan (orang yang suka memberi sesuatu, tapi sering mengungkit-ngungkit pemberiannya itu), (3) Dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu. (HR Muslim).
5. Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata:
Tatkala seorang laki-laki shalat dengan mengisbalkan kain sarungnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Pergi berwudlulah kamu!” Diapun pergi berwudlu, kemudian datang, Rasulullah berkata lagi,”Pergilah kamu berwudlu !” Seorang laki-laki bertanya kepada rasulullah, ”Wahai Rasulullah, kenapa engkau menyuruhnya berwudlu kemudian engkau membiarkannya ? Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
ﺇﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻭﻫﻮ ﻣﺴﺒﻞ ﺇﺯﺍﺭﻩ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺻﻼﺓ ﺭﺟﻞ ﻣﺴﺒﻞ .
( ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻁ ﻣﺴﻠﻢ )
“Sesungguhnya dia itu shalat dengan mengisbalkan kain sarungnya dan sesungguhnya Allah tidak menerima shalat laki-laki yang isbal. (Shahih Riwayat Abu Daud )
Jika seorang berkata: Saya Isbal tanpa kesombongan, Kita katakan bahwa Isbal itu sendiri- meski tanpa niat sombong merupakan kesombongan, karena mode itu penuh dengan unsur ini, apalagi jika mengikuti trend mode orang kafir.
6. Rasulullah Shalallahu shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻭﺇﺳﺒﺎﻝ ﺍﻹﺯﺍﺭ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺨﻴﻠﺔ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﻤﺨﻴﻠﺔ
[ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﻴﺬﻱ ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ]
“Dan hindarilah mengisbalkan kain, karena hal itu termasuk kesombongan, dan seungguhnya Allah tidak suka
kesombongan. (Hadis Shahih Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi )
7. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
[ ﻣﺎ ﺃﺳﻔﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻌﺒﻴﻦ ﻓﻬﻮ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ [ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ
“Kain yang di bawah kedua mata kaki tempatnya di neraka” (Shahih Riwayat Abu Dawud)
Jadi, panjang maksimal pakaian (bawah) laki-laki muslim adalah sampai mata kaki saja, tidak boleh lebih dari itu.
8. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
[ ﺇﺯﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺇﻟﻰ ﻧﺼﻒ ﺍﻟﺴﺎﻕ ﻭﻻ ﺣﺮﺝ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﻜﻌﺒﻴﻦ [ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ
“Kain laki-laki muslim itu (batasnya) sampai setengah betis dan tidak ada dosa dalam (jarak pemakain) antara betis dan kedua mata kaki.” (HR. Abu Daud dengan Sanad yang Shahih)
Ada sebagian orang yang suka isbal dengan berdalih pada kisah Abu Bakar radliyallahu ‘anhu, beliau berkata:
ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻥ ﺇﺯﺍﺭﻱ ﻳﺴﺘﺮﺧﻲ ﺇﻻ ﺃﻥ ﺃﺗﻌﺎﻫﺪﻩ . ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺇﻧﻚ ﻟﺴﺖ ﻣﻤﻦ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺧﻴﻼﺀ
[ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ]
“Wahai Rasullulah, sesungguhnya sarung saya mengulur (dengan sendirinya ) kecuali kalau saya terus memperhatikan (dengan) memeganginya.“Maka Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya.”Sesungguhnya engkau bukan termauk orang yang melakukannya dengan disertai kesombongan.” (HR. AL Bukhari).
Berdalil dengan hadis ini untuk membolehkan perbuatannya adalah keliru, dia entah lupa atau tidak tahu makna ﻳﺴﺘﺮﺧﻲ Makna ﻳﺴﺘﺮﺧﻲ adalah mengulur dengan sendirinya. Beliau (Abu Bakar radliyallahu ‘anhu) tidak sengaja mengulurkan kain sarungnya, ini tentu saja berbeda dengan yang membuat atau memesan pakaian yang melebihi mata kaki. Janganlah kita mencari alasan-alasan dengan meninggalkan dalil-dalil yang jelas dan shahih. Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala melihat orang yang isbal untuk menutupi aib kakinya, beliau langsung memegang ujung kain bajunya serta bertawadhu’ karena Allah ta’ala sambil berkata: “Hamba–Mu …“lalu berkata kepada orang yang mengulurkan kain karena untuk menutup cacat
kakinya itu :
[ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻﻳﺤﺐ ﺍﻟﻤﺴﺒﻞ [ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ
“Seungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang isbal.” (HR. At-Thabrani, para perawinya tsiqat).
Suatu hari Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Ubaid Ibn Khalid mengenakan kain panjang dengan melebihi kedua mata kakinya, Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung mengatakan padanya, apakah kamu tidak mendapat contoh pada diri saya?” (HR. At-Tirmidzi & An- Nasa’i).
Jika kita mencintai rasul, kita harus mengikuti petunjuknya dan jangan mencari-cari alasan yang tidak syar’i. Ingatlah, seorang sahabat yang memanjangkan pakaian bawahannya, ketika dikatakan oleh Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baiknya laki-laki adalah Khuraim Al Asadiy, seandainya tidak terlalu panjang rambut depannya dan tidak isbal kainnya”
Maka tatkala perkataan itu sampai kepada Khuraim, dia langsung memotong rambut depannya dan mengangkat kainnya. (HR Abu Dawud dengan sanad hasan kecuali Qais Ibn Bisyr yang masih diperselisihkan, tapi Imam Muslim telah meriwayatkan haditsnya lewat beliau).
Itulah kepatuhan Khuraim, dia langsung menanggapi ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pelaksanaan tanpa mengatakan: ”Saya isbal bukan karena sombong…” Inilah cirri muslim sejati.
Jadi tegasnya bahwa isbal itu haram meskipun tanpa unsur kesombongan, nah kalau disertai kesombongan terkumpul didalamnya dua larangan dan dua dosa, yaitu larangan isbal dan larangan sombong, serta dosa isbal dan dosa sombong.
Akhirnya mari kita renungkan…
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling bertaqwa dan yang paling jauh dari kesombongan, juga beliau adalah orang paling tawadlu’ tapi beliau malah mencontohkan kepada kita dengan
menaikan pakaiannya di atas mata kaki, bahakan dalam sebuah riwayat,”Bahwa pakaian beliau sampai setengah betis” (HR Ahmad, At Tirmidzi dalam Asy Syama’il dan yang lainnya, dan hadits ini shahih)
Kita adalah orang Islam dan cara memandangpun harus memakai kaca mata Islam sehingga kita bisa menilai
kepantasan pakaian ini dengan kaca mata agama yang kita anut. Namun bila ada orang yang mengatakan bahwa ini tidak pantas, tidak sopan dan tidak rapih maka berarti cara pandang yang dia gunakan bukanlah dengan agama Islam namun dengan kaca mata anti Islam, dan hendaklah dia cepat bertaubat kepada Allah dan membersihkan hatinya dari pengaruh dan noda-noda anti ajaran Islam, adapun orang yang tidak mengetahui bahwa itu adalah ajaran Islam maka dia harus cepat membekali dirinya dengan ilmu Islam. Dan nasehat saya kepada segenap ikhwan agar mereka mengemas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kemasan yang seharusnya sehingga tidak terjadi kerancuan dalam mengamalkan sunnahnya..
(Abu Sulaiman Aman Abdurrahman).