Syekh Abu Qotadah Al Fhilistin dalam Al Jihad wal Ijtihad menjelaskan hakikat konflik, yakni bagaimana Al Qur’anul Karim menggambarkan peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Menurut beliau, permusuhan antara kebenaran dan kebatilan telah membentang akar-akarnya sejak anak manusia ada di permukaan bumi. Permusuhan antara kebenaran dan kebatilan merupakan takdir, ketentuan ilahi, yang mana Allah menciptakan makhluk ciptaan di atas takdir ini.
Beliau melanjutkan, oleh karena syariat yang bijaksana tegak di atas kebenaran dan tegak untuk meluruskan berbagai keinginan dan kecenderungan yang menjadi fitrah asli manusia, untuk diarahkan kepada hal-hal yang mendatangkan kebaikannya. Allah SWT telah mensyariatkan kepada kaum Muslimin agar mereka memulai dan mengawali lebih dahulu untuk melenyapkan kebatilan dan memangkasnya hingga ke akar-akarnya supaya pokok-pokoknya tidak menguat dan supaya dampak pengaruhnya tidak mengakar dalam kehidupan manusia dan makhluk ciptaan, karena itulah Allah mensyariatkan jihad kepada hambaNya, dan syiar jihad ini adalah Menegakkan Dienullah Ta’ala dan melenyapkan kemusyrikan, sebagaimana firmanNya:
“Dan perangilah mereka supaya tidak ada lagi fitnah, dan supaya agama itu semata-mata hanya untuk Allah.” (QS Al Anfaal : 29)
Sementara itu, Syekh Abdul Qadir bin Abdul Aziz, dalam Panduan Fikih Jihad menjelaskan hakikat konflik dan konfrontasi di antara umat manusia di beberapa point, yakni:
Panduan Kedua, dimana Allah SWT berfirman:
“Jikalau Robbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Alloh menciptakan mereka”. (QS. Hud : 118-119)
Beliau menjelaskan, artinya, Alloh SWT menciptakan mereka memang untuk berbeda, baik dari segi agamanya, keyakinan dan pendapatnya. Inilah tafsiran yang masyhur dan shohih dari ayat di atas sebagaimana dikatakan Ibnu Katsir (II/465)
Juga dalam Panduan Ketiga, yakni dengan terbaginya makhluk pada mukmin dan kafir, timbullah permusuhan antara kedua belah pihak. Alloh SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): “Sembahlah Alloh.” Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan.” (QS. An Naml : 45)
Alloh berfirman:
“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Robb mereka.” (QS. Al Hajj : 19)
Dan Alloh SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. An Nisa : 101)
Dengan permusuhan ini, Alloh menguji masing-masing dari kedua kelompok, sebagaimana firman Alloh SWT:
“Demikianlah, apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan membinasakan mereka tetapi Alloh hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain.” (QS.Muhammad:4)
Alloh SWT juga berfirman:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS. Muhammad : 31)
Manhaj Qur’ani Versus Manhaj Tukang Sihir
Syekh Abu Qotadah menegaskan bahwa manhaj Qur’ani adalah manhaj kebenaran, sedangkan lawannya adalah Manhaj para tukang sihir dan ahli kurafat. Manhaj tukang sihir adalah menyulap, memalsukan kenyataan dan menyelubunginya dengan selubung tipuan, ilusi dan penyamaran. Jadi, seorang penyihir adalah orang yang mengubah tongkat menjadi ular dalam pandangan matamu, dan memalsukan serupa sesuatu di matamu sehingga kamu tidak melihat benda itu sebagaimana rupa aslinya.
Di sepanjang sejarah peradaban ummat manusia, para thaghut manusia dahulu menggunakan jasa para tukang sihir untuk membuat manusia mempertuhankan mereka. Allah SWT berfirman:
“Mereka, para tukang sihir, berkata : “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan? “Musa menjawab : “Lemparkanlah (lebih dahulu)”, maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan banyak orang itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). Dan Kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah apa yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.” (QS. Thaahaa : 115-119)
Demikianlah, sunatullah, konflik dan konfrontasi antara al haq dan al batil akan terus berlangsung hingga akhir dari kehidupan ini. Konflik dan konfrontasi antara Manhaj Qur’ani melawan Manhaj Tukang Sihir dan Ahli Khurafat juga akan terus terulang, di setiap zaman dan masa. Adapun kesudahan dan kepastian akan kemenangan al haq, Manhaj Qur’ani sudah pula dijanjikan oleh Allah SWT. Kini, tinggal kita yang memilih, apakah ingin di barisan al haq, atau berada di barisan al batil?
Wallahu’alam bis showab
Sumber: Al Mustaqbal
Posting Komentar