Shoutussalam – Meskipun peperangan masih berkecamuk sengit di Suriah, di beberapa wilayah dan distrik yang telah dikuasai dan dibebaskan Mujahidin, sekolah-sekolah dan institusi pendidikan lainnya kini berhasil membuka tahun ajaran baru. Kegiatan belajar mengajar di atur dan dijalankan oleh kelompok-kelompok Mujahidin, seperti Daulah Islam Iraq dan Syam, Jabhat al Nusrah, juga Ahrar asy Syam al Islamiyyah.
Di Aleppo, Raqqah, sekitar Lattakia dan bahkan di pinggiran ibukota Suriah-Damaskus yang masih dikontrol oleh rezim, sekolah-sekolah yang dikelola Mujahidin bekerja keras untuk memasukkan anak-anak Suriah mendaftar bersekolah.
Setelah dua setengah tahun konflik di Suriah berjalan, kebanyakan gedung-gedung sekolah umum di daerah itu telah hancur. Menurut UNICEF, hampir 40% dari semua siswa antara usia 1 hingga 9 tahun yang berjumlah sekitar dua juta anak terpaksa berhenti bersekolah pada tahun lalu.
Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube oleh akun Sham Center, salah seorang komandan Mujahidin bernama Muhammad menceritakan kekagumannya akan dedikasi Mujahidin Jabhat al Nusrah dan Daulah Islam Iraq wa Syam melayani masyarakat dan memberikan pendidikan bagi anak-anak.
“Mujahidin tidak pernah memaksakan anak-anak untuk hadir ke sekolah, pun memaksa para orang tua menyekolahkan anak-anaknya. Tapi mereka tahu betul, bagaimana memenuhi kebutuhan warga, dari makanan, hingga masalah sepelememberikan mainan untuk anak-anak,” katanya.
Di Lattakia, Daulah Islam Iraq dan Syam telah membuka sebuah sekolah di wilayah ‘Ain el Baida. Sekolah itu dijadikan sebagai semacam sekolah percontohan untuk sekolah-sekolah di wilayah lainnya.
Rata-rata tiap kelas berfokus pada pelajaran Tauhid,pun bahasa Arab dan al Qur’an guna memperbaiki anak-anak cara membaca dan melantunkan al Qur’an dengan benar. Anak-anak juga diberi berbagai disiplin ilmu lain, seperti geografi dan matematika.
Para pengajar berasal dari orang-orang setempat. Tak tanggung-tanggung bahkan diantara para pengajar di sekolah Daulah Islam adalah dosen universitas dan ada juga yang profesor. Mereka menerima gaji dengan besar nominal antara 200 hingga 250 dollar AS per bulannya. Sementara, jabatan kepala sekolah diampu oleh mujahid-mujahid pilihan dari Daulah Islam Iraq wa Syam.
Terdapat tiga tingkat pendidikan, sekolah untuk anak usia 6-10 tahun, 11 sampai 15 tahun, dan sekolah remaja lebih dari umur 15 tahun. Di Raqqa, Daulah Islam bahkan sudah mencetak buku-buku pelajaran Sekolah Dasar, dari kelas 1 hingga kelas 6, sebagaimana yang dirilis oleh Raqqa Media Center (RMC).
Untuk menghidupkan suasana belajar mengajar, beberapa waktu sekali diadakan kompetisi sehari membaca al Qur’an di sekolah. Terkadang even kompetisi digelar di hadapan publik masyarakat sebagai laporan umum kemajuan anak-anak didik sekolah Daulah Islam.
Perlu dicatat, sekolah tidak menyediakan pelatihan militer apapun. Meski begitu, kegiatan belajar mengajar tetap tak lepas dari pengajaran membangkitkan ruh dan semangat jihad dalam jiwa anak-anak. [gpt/shoutussalam/ france24/ dbs]
Di Aleppo, Raqqah, sekitar Lattakia dan bahkan di pinggiran ibukota Suriah-Damaskus yang masih dikontrol oleh rezim, sekolah-sekolah yang dikelola Mujahidin bekerja keras untuk memasukkan anak-anak Suriah mendaftar bersekolah.
Setelah dua setengah tahun konflik di Suriah berjalan, kebanyakan gedung-gedung sekolah umum di daerah itu telah hancur. Menurut UNICEF, hampir 40% dari semua siswa antara usia 1 hingga 9 tahun yang berjumlah sekitar dua juta anak terpaksa berhenti bersekolah pada tahun lalu.
Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube oleh akun Sham Center, salah seorang komandan Mujahidin bernama Muhammad menceritakan kekagumannya akan dedikasi Mujahidin Jabhat al Nusrah dan Daulah Islam Iraq wa Syam melayani masyarakat dan memberikan pendidikan bagi anak-anak.
“Mujahidin tidak pernah memaksakan anak-anak untuk hadir ke sekolah, pun memaksa para orang tua menyekolahkan anak-anaknya. Tapi mereka tahu betul, bagaimana memenuhi kebutuhan warga, dari makanan, hingga masalah sepelememberikan mainan untuk anak-anak,” katanya.


Murid-murid sekolah dasar Daulah Islam Iraq wa Syam di wilayah Halab, Distrik Aleppo (Foto : HNN)
Siswi-siswi cilik Daulah Islam Iraq dan Syam, dengan task terkenal merk spesial Daulah Islam
Rata-rata tiap kelas berfokus pada pelajaran Tauhid,pun bahasa Arab dan al Qur’an guna memperbaiki anak-anak cara membaca dan melantunkan al Qur’an dengan benar. Anak-anak juga diberi berbagai disiplin ilmu lain, seperti geografi dan matematika.
Para pengajar berasal dari orang-orang setempat. Tak tanggung-tanggung bahkan diantara para pengajar di sekolah Daulah Islam adalah dosen universitas dan ada juga yang profesor. Mereka menerima gaji dengan besar nominal antara 200 hingga 250 dollar AS per bulannya. Sementara, jabatan kepala sekolah diampu oleh mujahid-mujahid pilihan dari Daulah Islam Iraq wa Syam.
Terdapat tiga tingkat pendidikan, sekolah untuk anak usia 6-10 tahun, 11 sampai 15 tahun, dan sekolah remaja lebih dari umur 15 tahun. Di Raqqa, Daulah Islam bahkan sudah mencetak buku-buku pelajaran Sekolah Dasar, dari kelas 1 hingga kelas 6, sebagaimana yang dirilis oleh Raqqa Media Center (RMC).



Buku-buku pelajran SD cetakan Daulah Islam Iraq dan Syam di Raqqa (foto : RMC)
Perlu dicatat, sekolah tidak menyediakan pelatihan militer apapun. Meski begitu, kegiatan belajar mengajar tetap tak lepas dari pengajaran membangkitkan ruh dan semangat jihad dalam jiwa anak-anak. [gpt/shoutussalam/ france24/ dbs]
Posting Komentar