Anak Mujahid Hidup di Lingkungan Kristen, Akan Masuk Pesantren Butuh Biaya Rp 7 Juta. Ayo Bantu!!
Tanpa didampingi suami, Ummu Khonsa harus mengasuh ketiga anaknya dengan segala keterbatasan. Sang suami dipenjara karena aktivitas jihad, sementara lingkungan keluarga yang Kristen semua tak mungkin membantu biaya pendidikan anak-anaknya di pesantren Tauhid.
Awal bulan, sebuah pesan singkat masuk ke SMS Center IDC (Infaq Dakwah Center), mengabarkan bahwa seorang ibu rumah tangga di kawasan Solo Jebres sudah 8 bulan hidup tanpa didampingi suami. Akhir Desember 2012 lalu, suaminya yang aktivis gerakan jihad dan penegakan syariat Islam dipenjara karena aktivitas nahi munkar sebuah gereja di Solo.
Tanpa tulang punggung keluarga, tak banyak yang bisa dilakukan Ummu Khonsa, meski punya keinginan berwirausaha. Ada obsesi Ummu Khonsa untuk melanjutkan bisnis herbal dan buku-buku Islam yang selama ini ditekuni suaminya.
Selain tak punya modal usaha, ia juga tak bisa berharap bantuan dari sanak famili. Karena keluarga suaminya adalah beda aqidah. Mana mungkin keluarga yang notabene menganut agama Kristen itu mau mendanai anak-anak menjadi generasi tauhid dan mujahid dakwah di pesantren?
Otomatis, tanpa biaya yang memadai, kedua anaknya pun terpaksa harus putus sekolah. Muhammad Rizqi Arosit (11 tahun) harus putus sekolah kelas 5 SD, sedangkan adiknya Yusuf Maulana (9 tahun) putus sekolah kelas 3 SD. Sementara adik bungsunya, Khonsa yang masih berusia 1 tahun juga butuh biaya layaknya balita lainnya supaya tumbuh sehat.
Prihatin dengan kondisi itu, seorang ummahat melaporkan kepada Direktur IDC. Alhamdulillah, ketika ada acara di sebuah pesantren Solo, Relawan IDC menyempatkan silaturrahim ke rumah Ummu Khonsa.
Di rumah yang sederhana itu, nampak Rizqi dan Yusuf menyalami Relawan IDC. Nampak celana merah seragam SD dikenakan. Semula kami mengira mereka baru pulang sekolah. Usut punya usut mereka sudah 8 bulan dropp out, dan celana seragam sekolah itu kini menjadi pakaian harian di rumah.
Subhanallah, meski hidup dalam serba kekurangan, Ummu Khonsa istiqamah menggenggam akidah. Bertahan menjaga iffah, ia tak mau meminta-minta. Dengan segala keterbatasan, ia didik ketiga anaknya di rumah.
Setelah dilaporkan dalam rapat pekanan IDC, diputuskan bahwa Muhammad Rizi Arosit dan Yusuf Maulana dimasukkan dalam program beasiswa di pesantren. Untuk masuk pesantren diperlukan biaya pendaftaran, uang pangkal dan seragam sekitar Rp 7.000.000 (tujuh juta rupiah). Selanjutnya biaya perbulan sebesar Rp 600.000,-
Donasi dan peduli kasih kepada keluarga mujahidin bisa disalurkan melalui program Solidaritas Keluarga Mujahidin ke rekening IDC:
1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
3. Bank Syariah Mandiri (BSM), No.Rek: 7050 888 422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
4. Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
5. Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
6. Bank BCA, no.rek: 6310230497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
1. Demi kedisiplinan amanah agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 6.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.006.000,- Rp 506.000,- Rp 206.000,- Rp 106.000,- 56.000,- dan seterusnya.
2. Info: A Ahmad Jundullah (08567.700020).
Membantu serta menjaga keluarga mujahid mendapatkan pahala dan fadilah setara dengan amalan jihad fisabilillah. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menyiapkan bekal orang yang berperang di jalan Allah, maka ia telah berperang. Dan barangsiapa menjaga dengan baik keluarga orang yang berperang, maka ia telah berperang” (Muttafaq ‘Alaih dari Zaid bin Khalid RA)
Infaq Dakwah Center Voa Islam