Engkau yang bersuamikan seorang pemilik azzam kuat, mengertilah bahwa para suami itu bukan milikmu. Melainkan dagangan Allah yang tidak ada kehidupan normal di dunia ini padanya. Mereka tidak bisa hidup seperti suami-suami pada umumnya yang tiap saat bisa menemani. Atau yang tiap waktunya adalah kesibukan dalam nafkah dan kebersamaan keluarga.
Semakin kuat azam dan kejujuran mereka, maka waktu yang tersisa untuk kalian sangat sedikit. Bahkan tidak ada sama sekali.
Mengertilah bahwa goncangan hatinya amat dahsyat merancang strategi demi strategi. Maka maklumilah jika senyum dan kelembutan mereka sering tenggelam dalam kesibukan membalas; atau keruwetan memecahkan masalah ummah; atau lelahanyaa memforsir energinya lantaran terus-terusan melawan ketakutan mereka. Melawan nafsu mereka akan cinta semunya terhadap dunia.
Para suami pemilik azam adalah besi kokoh yang tidak selamanya bisa terus menerus membahasai kalian dengan kelembutan! Terlebih disaat suasana panas dimana para singa diwajibkan untuk marah seperti saat ini; maka maafkanlah jika sumbu api pendek amarahanyaa kadang memercik hati kalian, karena terbawa perasaan, mungkin.
Mereka membutuhkan waktu-waktu sepi terhadap strategi yang harus dimainkannya. Taktik yang memaksa tumbal, yakni darah dan kesenangan pribadinya!
Tabahlah bersama mereka! Sebab mereka tengah membangunkan istana untuk kalian, duhai para istri.
Mengertilah bahwa keromantisan itu tidak selamanya berupa sutra kelembutan! Tapi juga ada pada tajamnya nasihat yang menoreh jiwa!
Adapun para dayus, yakni mereka-mereka yang tak punya rasa cemburu, mereka adalah paranoid yang lagi tertawa di altar neraka! Yang seluruh tenaganya tersita dalam lembah dunia.
Mengertilah bahwa perhatian para suami jujur dengan azamnya itu sebenarnya adalah sisa-sisa dari seluruh energinya yang secara totaliteir dicurahkannya di jalan jihad. Maka jangan berharap lebih! Sebab mereka telah menjadi dagangan yang mulia. Maka ketika mereka masih mempunyai kesempatan mencandai kalian, jangan sampai kalian terlena dengan karunia ini. Tetap siaplah bahwa mereka tidak akan pulang lagi.
Jangan meminta keromantisan melulu dalam bentuk kelembutan! Apalagi bersuamikan orang yang telah mendarma-baktikan darahnya bagi kejayaan ummah. Berikan pada mereka waktu-waktu untuk menyendiri.
Kalau sampai ada ketus pada secarik kalimatnya, baik sangkalah bahwa rencana besar tengah di bangun. Dan mereka sedang fokus dan berkonsentrasi padanya! Sungguh, malam-malam dalam amaliah lebih mereka cintai daripada kesan malam pertama dalam prnikahan, atau masa-masa indah menunggu kelahiran buah hatinya!
Amaliah adalah dunia mereka! Dunia keras para kesatria! Maka jangan tambah-tambahi beban dengan ucapan-ucapan atau tuntutan-tuntutan atau bahkan ikut-ikut mengatur kontruksi bangunan yang tengah mereka rancang.
Taatlah selalu! Ringankan beban! Mereka adalah manusia-manusia langit, meski kaki mereka masih di bumi. Meski mereka bukan malaikat.
Turutlah dalam goncangan-goncangan dan lika-liku jalan hidup suami yang masih istiqomah, meski berat.
Mengertilah bahwa mayoritas lelaki telah lari dari jalan kemuliaan. Maka ketika kalian bersuamikan seorang pejuang, bersyukurlah. Hadapi setiap resiko dengan ikhlas.
--------------------



