Ironis! Masih saja ada aktivis Islam yang mau dibodohi oleh sistem kafir demokrasi. Meski telah jatuh di lubang yang sama puluhan kali, sihir demokrasi masih saja menyilaukan mata beberapa aktivis Islam hingga bangga, takjub, dan kemudian berharap kepada keberhasilan semu demokrasi, seperti yang terjadi di Mesir dan Turki, juga di beberapa negeri Muslim yang lain. Laa haula wa laa quwwata illa billah!
Kaum Muslimin tidak akan mungkin mencapai tujuan mereka atau merealisasikan satupun dari tujuan-tujuan Islam melalui jalan demokrasi atau sistem demokrasi, disebabkan beberapa hal, yang terpenting adalah :
Imam Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in 1/49 mengatakan,” Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentangsesuatu”, menggunakaln lafal nakirah (indifinitief) dengan konteks syarat yang umum mencakup segala hal urusan dien yang diperselisihkan oleh orang-orang yang beriman, baik urusan yang besar maupun kecil, yang jelas maupun masih samar-samar. Jika dalam kitabullah belum ada penjelasan atas masalah yang diperselisihkan, tentulah Allah Ta’ala tidak memerintahan mengembalikan persoalan kepada Al Qur’an (dan as Sunah). Karena mustahil Allah Ta’ala memerintahkan mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada sesuatu yang tidak memberikan jawaban tuntas. Dari ayat ini, manusia telah bersepakat (ijma’ ulama—pent) bahwa mengembalikan persoalan kepada Allah maknanya adalah mengembalikan kepada Al Qur’an, sedang mengembalikan persoalan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam artinya mengembalikan kepada pribadi beliau saat beliau masih hidup, dan kepada sunah beliau setelah beliau meninggal.”
Dalam hadits yang shahih, beliau telah bersabda ;
:” ما تركت شيئاً يقربكم إلى الله إلا وقد أمرتكم به، وما تركت شيئاً يبعدكم عن الله ويقربكم إلى النار إلا وقد نهيتكم عنه
Tidak ada satu halpun yang mendekatkan diri kalian kepada Allah kecuali telah aku perintahkan kepada kalian, dan tidak ada halpun yang menjauhkan diri kalian dari Allah dan mendekatkan kepada neraka, kecuali aku telah melarang kalian melakukannya.”
2- Kekuasaan dan menjadi khalifah di atas bumi bagi umat yang beriman adalah terikat dengan syarat bertauhid kepada Allah serta menjauhi kesyirikan dan segala hal yang menyebabkan kesyirikan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
:} وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكننَّ لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمناً يعبدونني لا يشركون بي شيئاً
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik. (QS. 24:55)
Berkuasa di bumi, teguhnya kekuasaan dan keamanan setelah sebelumnya berada dalam ketakutan, seluruh karunia Allah Ta’ala ini adalah balasan dari bertauhid dan menjauhi kesyirikan.
Sementara demokrasi —-sebagaimana telah kami jelaskan—adalah pemikiran syirik, tegak di atas kesyirikan, menuhankan makhluk dengan cara menjadikan makhluk sebagai sumber hukum, perundang-undangan, menghalalkan dan mengharamkan. Jika keadaannya seperti itu, maka bagaimana hendak mengharapkan pertolongan Allah turun lewat jalan tersebut ? Orang yang bertindak demikian bagaikan orang yang menjadikan kesyirikan dan kekafiran sebagai sarana untuk menolong Islam dan tauhid. Ini jelas mustahil !!!!!
Allah Ta’ala berfirman :
إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
“Jika kalian menolong Allah Ta’ala, Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kaki kalian.” (QS. Muhammad :7).
Artinya, jika kalian menolong Allah Ta’ala dengan cara mentaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya, Allah Ta’ala akan menolong kalian dengan meneguhkan kalian dan menjadikan kalian berkuasa di muka bumi. Janji ini adalah jawaban dari syarat yang disebutkan pertama, bila syarat tersebut tidak dilaksanakan maka janji Allah pun tidak akan datang. Maka dipahami dari syarat ini, Allah tidak akan menolong orang-orang yang tidak menolong Allah Ta’ala.
Ayat yang serupa adalah ayat yang berbicara tentang diri Rasulullah :
وإن تطيعوه تهتـدوا
Jika kalian mentaatinya ( Muhammad ), kalian akan mendapat petunjuk.” (An Nuur :54).
Artinya, jika kalian tidak mentaatinya, kalia tidak akan mendapat petunjuk. Akibatnya, kalian tidak akan mendapat pertolongan. Di antara bentuk ketaatan kepada Rasulullah adalah menjauhi syirik dan segala hal yang menjurus kepada kesyirikan, termasuk di dalamnya demokrasi yang menuhankan makhluk ini.
Maka janganlah –wahai kaum pendukung demokrasi— lambatnya datangnya kemenangan menjadikan kalian mencari kemenangan dengan kesyirikan dan cara-cara yang batil. Sesungguhnya apa yang ada di tangan Allah Ta’ala tidak bisa diraih kecuali dengan mentaati dan mentauhidkan-Nya. Orang yang paham mengetahui hal ini, dan orang yang bodoh tidak menyadari hal ini.
Ustadz Sayid Qutub mengatakan: ”Saya masih ingat ketika akh Ali Asymawi memberitahukan kepadaku bahwa di Mesir ada seorag akh dari Sudan yang berkunjung. Ia adalah pimpinan Ikhawanul Muslimin cabang Sudan. Ia datang untuk mengunjungiku, hanya saja waktunya belum ditentukan dan akhirnya kunjungan tersebut tidak jadi. Hanya saja saya mengetahui dari akh Ali Asymawi bahwa Ali Asymawi telah menemui akh dari Sudan tersebut satu atau dua kali tiap berkunjung ke Mesir. Akh dari Sudan tersebut menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Sudan, termasuk peran pokok ikhwanul Muslimin, yang menyebabkan jatuhnya rezim militer sebagaimana sudah sama-sama diketahui. Ia juga menyatakan rasa optimisnya yang mendalam akan sudah dekatnya pemerintahan Islam di Sudan sebagai hasil dari pemilihan umum yang akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat.
Saya juga masih ingat, pada saat itu saya mengomentari semua cerita tersebut bahwa tegaknya pemerintahan Islam di sebuah negara tidak akan pernah datang melalui cara-cara seperti ini. Sesungguhnya tegaknya sebuah pemerintahan Islam hanya akan tercapai melalui metode yang lambat dan dalam rentang waktu yang panjang, sebuah metode yang bertujuan membangun landasan, bukan puncak, dimulai dengan menanamkan aqidah sejak awal dan mentarbiyah akhlak yang islami. Sesunggguhnya jalan yang nampaknya pelan dan sangat panjang ini, pada hakekatnya adalah jalan yang paling dekat dan paling cepat.
Saat itu saya juga menyatakan ; mereka (Ikhwanul Muslimin di Sudan) belum pernah merasakan pengalaman-pengalaman yang telah kita lalui di Mesir. Karena itu, mereka pasti akan mencobanya karena saya sudah bisa mengira mereka pasti tidak akan menerima sebuah nasehatpun dari kami, akibat semangat dan rasa optimis mereka yang terlalu mendalam.” (dalam buku “Limadza A’damuuni hal. 66.” Saya katakan ; pandangan Sayid Qutub telah benar. Sesungguhnya kalangan aktivis Islam di Sudan telah berkali-kali mencoba pemilihan umum dalam demokrasi. Setiap kali mereka terlibat, akibat yang ditimbulkan terhadap mereka dan masyarat Sudan ternyata buruk dan tidak menyenangkan).
3- Di antara sebab lain yang menghalangi kaum muslimin mampu meraih tujuan-tujuan gerakan keislaman mereka melalui demokrasi, atau pemilihan umum atau kotak undian (kotak suara) adalah adanya sunnah perlawanan dan pertarungan antara kebenaran dengan kebatilan, sejak adanya kehidupan di muka bumi dan Allah mengutus para rasul, sampai Allah mewarisi dunia dan seluruh isinya.
Orang-orang kafir —dengan seluruh kelompok dan pemikirannya— sekali-kali tidak akan pernah ridha dan membiarkan tegaknya sebuah negara Islam atau Islam mempunyai kekuatan, selama mereka mempunyai kekuatan untuk merealisasikan hal tersebut, meskipun untuk hal itu mereka harus menghadapi berbagai peperangan, terbunuhnya ribuan nyawa dan ternodainya kehormatan. Ketika perang melawan Islam sudah berkecamuk, segala hal yang terlarang dianggap boleh oleh orang-orang kafir. Menurut mereka segala yang mereka lakukan adalah sesuai dan demi menegakkan undang-undang (konstitusi), mendapat tanda tangan dan persetujuan persatuan bangsa –bangsa.
(Perhatiikanlah apa yang terjadi pada hari-hari ini dengan bangsa muslim Chechnya, dengan hak mereka, sebuah bangsa yang menolak tunduk kepada kekuatan kafir. Seluruh kekuatan kafir, kejahatan dan kemunafikan telah bersatu padu mengeroyok mereka, membunuh anak-anak, perempuan, orang tua, menghancurkan rumah-rumah mereka dengan tank, rudal dan pesawat tempur…mereka membiarkan anak-anak dan wanita beralaskan salju, beratapkan langit terbuka. Inis emua terjadi dengan segenap penglihatan dan pendengaran seluruh dunia, mereka sama sekali tidak bergerak atau mengatakan kecaman terhadap para thaghut pembuat kerusakan tersebut !!!!
Silahkan bertanya dosa apa yang dilakukan oleh bangsa yang tertindas tersebut, yang d ikeroyok oleh kekuatan kafir dan syirik internasional…jawabannya tak lain karena mereka mengatakan rabb kami adalah Allah ta’ala…mereka mengatakan no kepada atheisme dan kekafiran yang berwujud thaghut Rusia..mereka mengatakan kami ingi hidup secara Islami, agama yang kami yakini dan kami peluk…Inilah dosa mereka, dosa yang tidak mungkin diampuni atau didiamkan menurut undang-undang PBB !!!!
Demokrasi mana yang kalian inginkan wahai orang-orang yang tertipu ???? negara mana yang kalian tegakkan lewat kotak undian ???? sedang kalian sendiri diatur dengan undang-undang kafir yang tidak manusiawi???)
Hal yang sudah sangat jelas dan telah disepakati ini —-tidak ada yang menyelisihinya selain para pendukung demokrasi—telah ditunjukkan oleh nash-nash Al Qur’an, demikian juga realita yang kita alami dan kita lihat.
Wallahu’alam bis showab!
Bersambung…
M Fachry