Pertanyaan tersebut layak kita ajukan di saat banyak para juru dakwah (du’at) yang binasa, karena terjebak dalam fenomena kitman, talbis dan tawalli. Parahnya lagi, sebagaimana hadits dari Rasulullah SAW., di zaman fitnah akan banyak para da’i (du’at) yang justru menjerumuskan ummat, menyeru mereka (ummat) ke pintu-pintu neraka jahannam, bukannya menyeru kepada Islam, mereka malah menyerukan ide-ide kufur. Na’udzu billahi min dzalik.
“Orang-orang menanyakan kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku menanyakan kepada beliau tentang kejelekan ~karena khawatir akan menjumpaiku~kukatakan, “Wahai Rosululloh, dulu kami berada dalam kejahiliyahan dan keburukan kemudian Alloh mendatangkan kebaikan ini?” beliau menjawab, “Ya.” Aku bertanya lagi, “Setelah kejelekan itu, adakah kebaikan lagi?” beliau menjawab, “Ya, dan di sana ada kabut.” Aku bertanya, “Apakah kabutnya?” beliau bersabda, “Satu kaum yang mengambil petunjuk selain petunjukku, engkau mengetahui hal itu dari mereka sementara kalian mengingkarinya.” Aku bertanya lagi, “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan lagi?” beliau menjawab, “Ya, mereka adalah para penyeru di atas pintu-pintu jahannam, siapa menyambut seruan mereka, mereka akan lempar ia ke dalamnya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Siapakah para juru dakwah, da’i, atau para du’at yang disebut di hadits Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam, di atas?
Dalam Shahih Muslim Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Cepatlah beramal sebelum terjadinya fitnah yang seperti sepotong malam yang gelap gulita, dimana seseorang beriman di pagi hari dan kufur di sore hari, sebaliknya kufur di sore hari dan beriman di pagi hari, ia menjual agamanya dengan komoditas dunia.” (HR.Muslim)
Syekh Umar Bakri Muhammad mengungkapkan bahwa terdapat orang-orang Islam tetapi mempropagandakan ide-ide bukan Islam, seperti nasionalisme, kapitalisme, sosialisme, dan demokrasi. Sifat dan perbuatan jahat orang-orang tersebut sudah tidak terhitung lagi banyaknya, bahkan mereka adalah ancaman paling berbahaya bagi keberadaan kaum muslimin dan kemunculan kembali khilafah, karena mereka adalah “ancaman” yang tidak terlihat (munafik).
Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa di zaman fitnah ini para juru dakwah sering terkena jerat iblis bernama Talbis.
At-Talbis, adalah salah satu dari jeratan berbahaya iblis untuk menggoda manusia, khususnya para ulama, da’i dan mujahidin. Iblis paling suka menjerat mereka dengan talbis, yakni agar mereka semua dengan sengaja menyembunyikan realitas tauhid. Toghut hari ini juga sangat senang apabila kaum Muslimin bisa terperangkap jerat iblis bernama At-Talbis, karena dengan demikian kita tidak lagi menolak atau mengingkari thoghut bahkan akhirnya menjadi sekutu thoghut, Na’udzu billah min dzalik!
Ikuti Millah Ibrahim!
Ustadz Aman Abdurrahman-fakkalahu asrahu-dalam salah satu tulisannya pernah menjelaskan bahwa akan ada tiga kelompok yang selamat dan akan ada tiga juru dakwah yang akan binasa, karena terjebak fenomena kitman, talbis, dan tawalli. Beliau menjelaskan sebuah hadits :
“Orang mu’min yang berbaur di tengah manusia dan dia sabar terhadap sikap buruk (penindasan) mereka adalah lebih baik daripada orang mu’min yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak sabar terhadap sikap buruk mereka” (HR. Ibnu Majah, hasan, dari Ibnu Umar, diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan At Tirmidziy)
Hadits ini sederhana tapi kandungannya sangat besar dan sangat berkaitan dengan masalah Millah Ibrahim. Di sini Rasul saw mengatakan : “Orang mukmin yang berbaur di tengah manusia dan dia sabar terhadap sikap buruk (penindasan) mereka…” dalam arti dia tampil di hadapan manusia dan berinteraksi dengan mereka, tidak mengurung diri atau tidak mengasingkan diri. Dia sabar terhadap berbagai sikap buruk yang ditimbulkan oleh kaumnya.
Kata sabar tidak muncul kecuali setelah terjadi sesuatu yang mendorong orang tersebut untuk bersabar. Maksudnya adalah orang mukmin yang berbaur dengan manusia dan dia mendakwahkan ajaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, menjaharkan dakwah tauhid yang dia anut, dia menampakkan Millah Ibrahim. Dan tentunya ketika orang menampakkan Millah Ibrahim akan mendapatkan penindasan daripada manusia.
Sebagaimana kita tahu bahwa sejarah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau menampakkan Millah Ibrahim karena diperintahkan Allah, maka yang terjadi adalah beliau dilempari, beliau dicekik, beliau juga dituduh dengan tuduhan-tuduhan yang sangat keji. Para shahabat pengikutnya seperti Bilal di siksa, Sumayyah dibunuh, Yassir dibunuh, Amar disiksa hingga patah tulang rusuknya, Khabab disiksa, dan shahabat yang lain -karena mereka tidak tahan dengan berbagai penindasan yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy-, maka mereka diizinkan untuk hijrah ke Habasyah (Etiophia). Ini semua terjadi karena mereka menampakkan Millah Ibrahim.
Jadi di sini maksudnya adalah, bahwa ketika seseorang tampil di hadapan manusia dan dia ingin mendapatkan predikat orang mu’min yang mendakwahkan dienullah yang diberikan keutamaan seperti dalam hadits di atas, maka dia harus tampil dengan menampakkan Diennya, mengikuti uswah (teladan) para rasul sebagaimana yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala firmankan :
“Sesungguhnya telah ada bagi kalian suri tauladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia saat mereka berkata di hadapan kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadati selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan nampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja”. (Al Mumtahanah : 4)
Jadi, jika pertanyaan di atas ditanyakan kepada kita, maka tinggalkanlah Talbis, dan ikutilah Millah Ibrahim. Allahu Akbar!
Wallahu’alam bis showab!
M Fachry