Dalam Taujih Manhajiyah, Syekh Usamah rahimahullah pernah menjelaskan manhaj yang jelas untuk dijalani jika umat Islam hendak mencapai kemenangan.
“Maka manhajnya adalah yang nampak jelas dan terang di hadapan kita, yaitu beberapa kriteria pasti yang nampak gamblang tercantum pada nash syari’at yang turun terakhir kali, Alloh ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang beriman, barangsiapa murtad dari agamanya di antara kalian, Alloh akan datangkan kaum yang Ia mencintai mereka dan merekapun mencintai Alloh; lunak terhadap orang-orang beriman, keras terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Alloh dan tidak pernah takut celaan orang yang suka mencela. Itulah keutamaan Alloh yang Ia berikan kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan Alloh Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Al-Maidah : 45)
Syekh Usamah bin Ladin rahimahullah melanjutkan,
“Ketika kita berbicara mengenai kondisi yang dialami oleh umat Islam dewasa ini, berikut penjajahan, kedholiman dan permusuhan yang yang dilakukan oleh pasukan Israel dan pasukan Amerika terhadap mereka, belum lagi terpuruknya naungan Islam di muka bumi, maka sudah seharusnya mencari kembali petunjuk Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam menegakkan agama ini, di saat Islam datang dalam keadaan masih terasing.
Sesungguhnya orang yang mau mencermati hal itu, ia akan dapati bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sejak pertama kali sangat serius dalam menawarkan dakwahnya kepada para kabilah ketika beliau memulai dakwahnya terang-terangan. Kalau kita mau melihat pada unsur terpenting yang beliau gunakan dalam berdakwah kepada para kabilah Arab tadi, kita akan temukan hal itu sangat jelas sekali, yaitu:
- Bahwa beliau mengajak mereka kepada syahadat tauhid, bersaksi bahwa tiada ilaah (sesembahan yang haq) selain Alloh, dan bahwa Muhammad adalah utusan Alloh.
- Point yang lain adalah bahwa beliau menyeru mereka agar siap untuk melindungi dan membela.
Sebagaimana hal itu tampak jelas pada dakwah beliau kepada Bani ‘Amir bin Sho’sho’ah, ketika mereka mengatakan kepada beliau: “Kepada apa engkau mengajak kami wahai saudara Arab?” beliau menjawab, “Aku mengajak kalian agar bersaksi behwasanya tidak ada ilaah kecuali Alloh dan bahwa aku adalah utusan Alloh, dan agar kalian siap melindungi dan membelaku.”
Di sini, tampak di hadapan kita sebuah pelajaran yang jelas, bahwa dakwah dan kalimat agung ini (kalimat syahadat) harus memiliki miliu (basis), pohon yang mulia ini harus ada tanah untuk tumbuh berkembang, dan itulah yang akan menolong dan memberikan tempat bagiku. Dari sinilah, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam terus mencari tanah (untuk miliu) ini. Di tengah-tengah pencarian itu, beliau berdakwah di Makkah dan tinggal di sana selama 13 tahun.
Semua ilmu yang kita miliki hanya sebagian kecil dari ilmu beliau ~ Alaihis-Shalatu was Salam ~ sedangkan beliau adalah orang Arab terfasih dan diberi Jawaami’ul Kalim (kemampuan untuk berbicara secara simpel tapi mengandung pengertian yang luas). Beliau adalah orang yang dikuatkan oleh wahyu dari atas langit yang tujuh, namun bersamaan dengan itu semua, tidak ada yang mau beriman kepada beliau selain beberapa puluh sekian dari kalangan sahabat yang mulia ~ semoga Alloh meridhai mereka ~.
Dari sini, tampak jelas juga bahwa kalimat ini meski memiliki kekuatan yang besar, ia tetap harus didukung oleh unsur-unsur lain supaya bisa mengayomi bumi. Kondisi terus bertahan seperti itu, sampai akhirnya Alloh ta’alamenganugerahkan bumi Madinah Munawwarah, dan Alloh anugerahkan kaum Anshor ~Kabilah Aus dan Khozroj~. Tatkala mereka melindungi dakwah, Islampun menyebar luas, dan dalam jangka beberapa tahun saja, ratusan ribu orang masuk Islam di Jazirah Arab, dan manusiapun berbondong-bondong masuk Islam.
Maka di sini ada sebuah pelajaran sebagaimana telah saya sebutkan; bahwa dakwah tanpa kekuatan hanya akan menjadi pecundang, dakwah ini wajib mencari kekuatan di bumi dan pelosok negeri. Makna ini tampak jelas di saat-saat seperti sekarang ini, sejak runtuhnya daulah Islam dan daulah khilafah serta bangkitnya aturan-aturan yang berhukum kepada selain yang diturunkan Alloh ~ yang itu pada hakekatnya adalah memerangi syari’at Alloh ~ meskipun banyak sekali terdapat universitas, sekolah, buku, para khatib, imam masjid dan orang-orang yang hafal Al-Qur’an, namun Islam tetap saja dalam kondisi lemah dan sangat memprihatinkan, sebab manusia tidak berjalan sesuai dengan manhaj Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.”
Manhaj Keliru Di Tengah Kemerosotan Ummat
Sementara itu, Syekh Abu Qotadah Al Fhilistin fakkallahu asrahu dalam bukunya Al Jihad wal Ijtihad menjelaskan salah satu metode perubahan di era masa kemerosotan berfikir yakni metode tarbiyah. Metode tarbiyah adalah menggembleng manusia dia atas ajaran-ajaran Islam sehingga bertambah banyak jumlah orang-orang Islam kemudian berlangsung proses ilfiltrasi dan sirkulasi tanpa mengajarkan lebih dahulu kepada mereka ilmu dan taktik perang. Bahkan ambisi terbesar mereka adalah menjadi pengusung Al Kitab atau pakar politik atau ahli ibadah yang berpuasa siang harinya dan shalat tahajjud malam harinya menjadi penghafal Qur’an dan hadits.
Syekh Abu Qotadah melanjutkan, apakah toghut tidak mampu mengkader 100 orang prajurit pilihan dalam pasukan kavelerinya, di tangan mereka senjata dan kekuatan, lalu mereka menyatroni para pemilik ilmu kemudian menyembelihnya, menyatroni para pakar ilmu dan kemudian merusak karya seni mereka, menyatroni para ahli ibadah kemudian menutup tempat-tempat suci mereka dan merobohkan masjid-masjid mereka?
Maka, cobalah ambil pelajaran wahai orang-orang yang mau berfikir…!
Wallahu’alam bis showab!