Home » , » "Tidak boleh meminang wanita yang telah dipinang, kecuali......?"

"Tidak boleh meminang wanita yang telah dipinang, kecuali......?"

Written By Anonim on Selasa, 08 Oktober 2013 | 21.34


Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

المؤمن أخو المؤمن فلا يحل للمؤمن أن يبتاع على بيع أخيه ولا يخطب على خطبة أخيه حتى يذر 

"Orang mu’min itu adalah saudara bagi mu’min yang lain.
Maka tidak dihalalkan bagi seorang mu’min untuk membeli barang yang sudah dibeli saudaranya dan janganlah seorang mu’min meminang di atas pinangan saudaranya kecuali jika pinangan itu telah ditinggalkan.”
(Shahih Muslim 2/1034 no.1414, Kitab Nikah bab Haramnya khitbah di atas khitbah saudaranya kecuali jika di-izinkan atau jika lamaran itu telah ditinggalkan)

Tentang hadits ini, Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan :

هذه الاحاديث ظاهرة في تحريم الخطبة على خطبة أخيه وأجمعوا على تحريمها اذا كان قد صرح للخاطب بالاجابة ولم يأذن ولم يترك

“Hadits2 ini secara jelas menunjukan tentang pengharaman khitbah seseorang di atas khitbah saudaranya dan para ulama telah bersepakat atas pengharamannya, yaitu apabila telah jelas bahwa khitbah itu telah diterima, dan si peng-khitbah (yang telah diterima itu) tidak mengizinkan (orang lain untuk meng-khitbah) dan juga khitbah itu tidak pernah ditinggalkan (dibatalkan).”
(Al-Minhaj syarh Shahih Muslim 9/179)

Kemudian pula, Imam At-Tirmidzi rahimahullah mengatakan:

قال مالك بن أنس إنما معنى كراهية أن يخطب الرجل على خطبة أخيه إذا خطب الرجل المرأة فرضيت به فليس لأحد أن يخطب على خطبته

“Imam Malik bin Anas rahimahullah mengatakan : “Makna dari hadits ini adalah dibencinya seorang laki2 meminang di atas pinangan saudaranya. Apabila seorang laki2 telah meminang seorang wanita dan si wanita itu telah ridha atas pinangan laki2 tersebut, maka tidak boleh seorang laki2 lain pun boleh meminang di atas pinangan (yang telah diterima) itu.”
(Sunan At-Tirmidzi 3/440)

Semua ini menunjukan akan tidak bolehnya seorang laki2 untuk melamar wanita yang telah dilamar oleh laki2 yang lain, sedangkan lamaran dari laki2 yang lain itu telah diterima oleh pihak si wanita.

Adapun dalam hal ini pengecualian yang ada diantaranya adalah jika pihak si wanita belum menerima lamaran dari laki2 yang pertama melamar, atau pihak si wanita belum memberikan jawaban yang tegas apakah akan menerima atau menolak lamaran dari laki2 pertama tersebut, maka diperbolehkan bagi laki2 yang lain untuk melamar wanita itu.

Hal ini telah di isyaratkan oleh imam An-Nawawi rahimahullah dan dari perkataan imam Malik rahimahullah di atas.

Pengecualian ini adalah berdasarkan satu peristiwa yang terjadi di masa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu apa yang di alami oleh Fathimah binti Qais radhiyallaahu ‘anha, beliau mengatakan :

فلما حللت ذكرت له أن معاوية بن أبي سفيان وأبا جهم خطباني فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم " أما جهم فلا يضع عصاه عن عاتقه وأما معاوية فصعلوك لا مال له انكحي أسامة بن زيد

“Ketika aku telah halal, aku ceritakan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm telah meng-khitbahku.
Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Adapun Abu Jahm, maka tidaklah ia meletakan tongkatnya dari pundaknya. Sedangkan Mu’wiyah, ia adalah orang yang miskin dan tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” 
(Sunan Abu Dawud 1/659 no.2284)

Dalam peristiwa ini ada 2 orang sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang meng-khitbah Fathimah binti Qais radhiyallaahu ‘anha, dan kemudian hal itu tidak disalahkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. 
Bahkan selanjutnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengajukan laki2 lain kepada Fathimah radhiyallaahu ‘anha, yaitu ‘Usamah bin Zaid radhiyallaahu ‘anhu untuk menikahinya. 

Maka berkenaan dengan hal ini, kemudian imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan sebagaimana dinukilkan oleh imam At-Tirmidzi rahimahullah, yaitu :

هذا عندنا إذا خطب الرجل المرأة فرضيت به وركنت إليه فليس لأحد أن يخطب على خطبته فأما قبل أن يعلم رضاها أو ركونها إليه فلا بأس أن يخطبها والحجة في ذلك حديث فاطمة بنت قيس حيث جاءت النبي صلى الله عليه و سلم فذكرت له أن أباها جهم بن حذيفة و معاوية بن أبي سفيان فخطباها فقال أما أبو جهم فرجل لا يرفع عصاه عن النساء وأما معاوية فصعلوك لا مال له ولكن انكحي أسامة فمعنى هذا الحديث عندنا والله أعلم أن فاطمة لم تخبره برضاها بواحد منهما ولو أخبرت لم يشر عليها بغير الذي ذكرت

“Hal ini di sisi kami adalah jika seorang laki2 meng-khitbah seorang wanita dan wanita itu ridha kepada (khitbah)nya dan cenderung kepadanya (yakni menerimanya), maka tidak boleh bagi seorang laki2pun untuk mengkhitbah lagi di atas khitbah-nya itu.

Sedangkan apabila sebelum diketahui ke-ridha-annya dan kecenderungannya kepada khitbah tersebut, maka tidak mengapa jika ada laki2 yang mengkhitbah-nya lagi.
Hujjah dalam kebolehan ini adalah berdasarkan hadits dari Fathimah binti Qais radhiyallaahu ‘anha……
…………………………………
Makna hadits Fathimah ini di sisi kami ialah –wallaahu a’lam- bahwa Fathimah tidaklah mengabarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia telah ridha kepada salah seorang diantara dua sahabat Nabi yang telah meng-khitbahnya, sebab kalau saja Fathimah telah mengabarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (bahwa ia telah ridha atau menerima kepada khitbah salah satunya), maka tentulah Nabi shallallaahu ‘’alaihi wa sallam tidak akan menunjukan laki2 lain kepadanya selain dari dua laki2 yang disebutkan oleh Fathimah.”
(Sunan At-Tirmidzi 3/440)

Yakni kalaulah Fathimah radhiyallaahu ‘anha telah menerima atau ridha kepada khitbah-nya salah satu diantara Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhu dan Abu Jahm radhiyallaahu ‘anhu, maka tentu saja Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam-pun tidak akan mengajukan laki2 yang lain yaitu ‘Usamah bin Zaid radhiyallaahu ‘anhu dan kemudian meminta Fathimah radhiyallaahu ‘anha untuk menikahinya.

Sehingga pada akhirnya, hal ini menunjukkan bahwa apabila pihak si wanita belum ridha, atau belum memutuskan untuk menerima khitbah dari seorang laki2 - bahkan meski yang meng-khitbah wanita tersebut lebih dari 1 laki-laki-, maka tetap masih diperbolehkan bagi laki-laki lainnya untuk mengkhitbah wanita tersebut, yaitu selama khitbah2 yang ada belum diterima oleh si wanita atau si wanita belum memutuskan untuk menerima salah satu diantara khitbah2 tersebut.

Demikianlah.
Wallaahu a’lam
Sumber: myquran
Sebarkan berita ini ya ikhwah! :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Mujahidin | Mujahidin
Copyright © 1434 H / 2013 M. By Ridwan Kariem | Tauhid Media
Template Modified by Creating Website Published by Mujahidin
Proudly powered by Mujahidin