Home » , » Bala’imah Baru

Bala’imah Baru

Written By Anonim on Minggu, 08 September 2013 | 07.53


Pada zaman ini banyak sekali ahli ilmu atau para du’at yang menjadi corong para thaghut dalam mengukuhkan pemerintahan mereka yang kafir yang kekafirannya sangat nyata yang tidak mungkin tersamar kecuali atas orang yang rabun dan buta hati. Tapi masih saja para du’at itu membantu para thaghut dalam menghadang para muwahhidin yang menentang kekuasaan para thaghut itu, sungguh ironis lagi tragis saat ilmu Allah digunakan untuk membela musuh-musuh Allah Ta’ala dan memerangi wali-wali-Nya, alangkan serupanya mereka itu dengan orang yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala firmankan:
 وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (١٧٥)
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.”(Al A’raf: 175)
Syaikh Sulaiman Ibnu Abdillah Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhabberkata di dalam kitab Hukmu Muwalati Ahlil Isyrak pada dalil ke 12: “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki ‘alim lagi rajin ibadah di zaman Bani Israil, yang dipanggil Bul’am (Ibnu Ba’uura). Dia itu mengetahui Al Ismul A’dham (Nama Allah Yang Paling Agung). Ibnu Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu: Tatkala Musa mendekati tempat mereka (kaum Al Jabbaariin), maka Bul’am didatangi keponakan-keponakan beserta kaumnya, terus mereka berkata: Sesungguhnya Musa adalah orang yang bengis, dan dia itu disertai pasukan yang sangat banyak, dan bila dia menguasai kita, maka ia pasti membinasakan kita, oleh sebab itu berdo’alah kepada Allah agar Dia menjauhkan Musa dan pasukannya dari kami. Dia berkata: “Bila saya berdoa, tentulah hancur dunia dan akhirat saya”, akan tetapi mereka terus membujuknya, sampai pada akhirnya dia mau melakukan do’a itu, maka Allah melepaskan dia dari apa yang selama ini dia miliki, dan itu adalah firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
 فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (١٧٥)
“Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (Al A’raf: 175)
Ibnu Zaid mengatakan: Keinginan dia adalah bersama kaumnya, yaitu orang-orang yang memerangi Musa dan kaumnya.” Selesai.
Dan beliau berkata lagi saat menjelaskan maksud melepaskan diri dari ayat-ayat Allah itu: “Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan di antara bentuk pelepasan akan ayat-ayat-Nya itu, di antaranya: Mendukung orang-orang musyrik, membantu mereka dengan pendapatnya, mendo’akan binasa terhadap Musa dan pasukannya, yaitu agar Allah menjauhkan mereka dari kaumnya, karena mengkhawatirkan kaumnya dan sebagai bentuk kasihan terhadap mereka, padahal dia itu mengetahui benar kebenaran itu dan memastikannya, dia berbicara dengan kebenaran itu, dia menyaksikannya, serta dia beribadah, akan tetapi ada yang menghalangi dia dari mengamalkannya, yaitu sikap mengikuti kaumnya, keluarganya, dan hawa nafsunya, serta merasa betah dan berat dengan dunia ini, maka ini adalah bentuk pelepasan dari ayat-ayat Allah. Dan ini adalah realita yang ada dari sikap para murtaddun itu (yaitu orang-orang Arab yang membantu pasukan kafir Turki Ustmani dari Mesir saat itu, pent), dan bahkan lebih dahsyat lagi. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan kepada mereka ayat-ayat-Nya yang di dalamnya terdapat perintah untuk bertauhid, menyeru hanya kepada-Nya saja dan tidak ada sekutu bagi-Nya, larangan berbuat syirik, larangan menyeru yang lain selain Allah, perintah untuk loyalitas terhadap kaum mukminin, mencintai dan membela mereka, berpegang teguh kepada tali Allah seluruhnya, perintah untuk selalu bersama kaum mukminin, perintah untuk memusuhi kaum musyrikin, membenci mereka, memerangi mereka dan menjauhkan diri dari mereka, perintah untuk menghancurkan berhala-berhala, menghilangkan perzinahan dan sodomi serta kemungkaran-kemungkaran lainnya. Mereka mengetahui dan mengakuinya, kemudian mereka melepaskan diri dari hal itu semua. Maka sungguh mereka lebih layak dikatakan telah melepaskan diri dari ayat-ayat Allah, dan mereka lebih layak divonis kafir dan murtad daripada Bul’am, atau bisa jadi mereka sama dengannya.” Selesai.
Saya katakan: Begitu juga ahli ilmu yang sesat masa kini, mereka mengetahui bahwa pemerintah Indonesia ini menganut Demokrasi, menganut ideologi Pancasila, menjadikan UUD-45 sebagai hukum pokok dan memberikan legalitas dan keleluasaan bagi segala macam kekafiran, kezindiqan, kemusyrikan, kebid’ahan, pelacuran, perjudian serta aneka ragam kemungkaran yang nampak maupun terselubung, juga mencampakkan hukum-hukum Allah dan memerangi wali-wali-Nya yang ingin menegakkannya, namun orang-orang itu malah mengatakan bahwa ini adalah pemerintahan Islam dan Ulil Amri yang wajib ditaati, sedangkan orang-orang yang mengkafirkannya dan menentangnya adalah Khawarij yang harus diwaspai dan diberantas, kemudian orang-orang itu malah justeru membantu para thaghut dan ansharnya dengan lisan-lisan dan tulisan mereka dengan memprovokasi thaghut supaya memberantas para muwahhidin. Sungguh Bul’am masih lebih mendingan daripada orang-orang itu, karena menganggap apa yang dilakukannya itu adalah perbuatan dosa yang bisa membinasakannya di dunia dan di akhirat, sedangkan orang-orang itu malah menganggap tindakannya itu adalah benar dan manhaj al haq yang harus diikuti dan sebagai bentuk ketulusan kepada pemerintah muslim.
Itulah Balaa’imah baru yang tampilannya seperti tampilan orang-orang taat kepada Allah Ta’ala namun hati dan perbuatannya sangat busuk, lisannya beracun dan dakwahnya mematikan serta membius umat agar tetap menjadi kerbau yang digembalakan oleh para thaghut dan kaki tangannya, siap kapan saja untuk dipotong dan selalu taat kepada arahan-arahan musuh Allah.
Inilah nasib umat ini, sudah mati rasa dan tak merasa bahwa mereka itu masih dijajah oleh kaki tangan penjajah, memang penjajah Belanda telah pergi tapi sistim kafirnya dilanjutkan oleh boneka-boneka penjajahan. Sungguh mati rasa ini adalah akibat biusan para balaa’imah baru yang berwajah ahli agama gadungan yang bukan mengajak manusia taat kepada Allah dan Rasul-Nya namun malah mengajak mereka taat patuh kepada para thaghut durjana yang dilabeli Ulil Amri.
Semoga umat menyadari ketertipuan mereka.
1 Dzul Qa’dah 1434 H / 07 September 2013
(Abu Sulaiman Al Arkhabiliy, NK-KK)
Sebarkan berita ini ya ikhwah! :
 
Support : Creating Website | Mujahidin | Mujahidin
Copyright © 1434 H / 2013 M. By Ridwan Kariem | Tauhid Media
Template Modified by Creating Website Published by Mujahidin
Proudly powered by Mujahidin